Langsung ke konten utama


Sistem Silvopastoral, Kolaborasi Peternakan dengan Tanaman Kehutanan


Kehutanan terus mengalami degradasi sebagai akibat proses penjarahan kayu dan lahan sehingga hutan tidak dapat menjalankan fungsinya dan meninggalkan banyak lahan kritis. Disisi lain permasalahan penyediaan lahan untuk pakan hijauan ternak terbatas kalaupun ada sebagian besar dipelihara pada padang rumput yang rumputnya dipelihara untuk makanan sapi. Daerah tersebut hanya ada rumput karena pohon, semak-semak dan tanaman lainnya dibabat habis. Perum Perhutani di Bojonegoro menyiapkan lahan kawasan percontohan pengembalaan sapi yang ditempatkan di hutan jati Kecamatan Ngasem, sekitar 30 kilometer arah barat daya Kota Bojonegoro. Di kecamatan ini terdapat 17 desa yang dikelilingi belantara jati, di Desa Sendanghardjo Bojonegoro ditunjuk sebagai daerah percontohan dengan  alasannya selain punya lahan hutan yang relatif luas, 98 ribu hektare di antaranya dinilai cocok untuk penggembalaan.
Kegiatan Perhutani peternakan sapi melalui sistem silvopastoral merupakan solusi tepat untuk diterapkan di Indonesia. Penerapan sistem silvopastura pada umumnya di wilayah dengan kondisi iklim kering atau pada lahan kritis/terdegradasi, sehingga teknik penanamannya bertujuan untuk konservasi tanah dan air.Dengan adanya Silvopastural dapat membantu menyediakan lahan untuk ditanamai rumput potongan, yaitu rumput gajah sehingga dapat membantu pemerintah dalam program swasembada daging dengan meningkatkan produktifitas ternak sapi dengan menyediakan pakan hijauan, sehingga secara tidak langsung ikut membantu dalam penyediaan pangan hewani masyarakat Indonesia. Penanaman rumput akan tetap membantu menjaga hutan dapat menjaga fungsi hidrologis, karena rumput merupakan penangkap air yang sangat efektif. Selain itu, peternak mempunyai kewajiban menjaga dan memelihara tanaman utama kehutanan. Penerapan ternak masuk hutan juga mensyaratkan tanaman yang ditanami bukan jenis  palawija, kawasan hutan tidak diperbolehkan ada bangunan permanen. Jenis tanaman yang disiapkan untuk pakan ternak sapi adalah rumput gajah dan akan ditanami Jati, Mahoni dan Klirisidi.






Komentar

Postingan populer dari blog ini

FEED ADITIVE (IMBUHAN PAKAN)

Additive adalah susunan bahan bahan atau kombinasi bahan tertentu yang sengaja ditambahkan ke dalam ransum pakan ternak untuk menaikkan nilai gizi pakan guna memenuhi kebutuhan khusus atau imbuhan yang umum digunakan dalam meramu pakan ternak. Murwani et al., (2002) menyatakan bahwa additive adalah bahan pakan tambahan yang diberikan pada ternak dengan tujuan untuk meningkatkan produktifitas ternak maupun kualitas produksi. Sedangkan menurut Murtidjo (1993), additive adalah imbuhan yang umum digunakan dalam meramu pakan ternak. Penambahan bahan biasanya hanya dalam jumlah yang sedikit, misalnya additive bahan konsentrat, additive bahan suplemen dan additive bahan premix. Maksud dari penambahan adalah untuk merangsang pertumbuhan atau merangsang produksi. Macam-macam additive antara lain antibiotika, hormon, arsenikal, sulfaktan, dan transquilizer. Feed additive merupakan bahan makanan pelengkap yang dipakai sebagai sumber penyedia vitamin-vitamin, mineral-mineral dan atau juga ant...

BAHAN PAKAN NON-KONVENSIONAL

Bahan pakan ini adalah bahan pakan yang tidak atau belum lazim dipakai untuk menyusun ransum. Bahan pakan ini berpotensi digunakan sebagai campuran pakan unggas karena tingkat ketersediaannya banyak diberbagai daerah. Bahan ini mengandung nutrisi yang diperlukan unggas dan kurang bersaing dengan manusia, tapi belum banyak dimanfaatkan karena hanya daerah-daerah tertentu yang tersedia. Kandungan anti nutrisi yang dimiliki harus diolah terlebih dahulu sebelum digunakan pada unggas. Bahan ini bisa berasal dari industri kimia, pertanian maupun hasil fermentasi. Berikut beberapa bahan pakan yang termasuk bahan pakan non-konvensional : A.      Onggok Onggok merupakan produk samping pengolahan ubi kayu menjadi tapioka. Dari setiap ton ubi kayu dapat dihasilkan 114 kg onggok. Onggok mengandung air cukup tinggi (81-85%), dan dapat menjadi sumber pencemaran atau polusi udara/ lingkungan, terutama di wilayah produksi apabila tidak ditangani dengan baik. Onggok seben...